Gambar diambil dari Ozpropertygroup

Saat ini para wirausahawan inovatif di seluruh dunia sedang mengembangkan konsep hunian co-living, sebuah konsep hunian yang dianggap dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan populasi warga kota dan juga perasaan teralienasi yang sering dialami warga kota. Pandemi yang terjadi dua tahun belakangan ini telah menunjukkan apa yang terjadi jika kita kehilangan koneksi sosial kita. Banyak warga kota yang mengaku mengalami kesepian dan kecemasan karena tinggal sendirian dan tidak menjadi bagian dari sebuah komunitas.

Secara sederhana, co-living dapat diartikan sebagai konsep tinggal di sebuah hunian bersama orang lain sebagai satu komunitas. Generasi terdahulu sudah memulainya dengan konsep indekos, asrama atau apartemen, yang memiliki fasilitas bersama seperti ruang dapur, ruang makan, ruang tamu, fasilitas kebugaran dan lainnya. Yang membedakannya adalah co-living membina dan membangun komunitasnya, mengubah cara hidup dengan berbagi ruang dan menjadikan interaksi sosial, kerekatan dan kebersamaan ini sebagai pengalaman hidup.

Tren co-living di seluruh dunia

Di London terdapat hunian bersama bernama The Collective, sebuah blok 11 lantai yang 500 lebih penghuninya membayar hingga £1.000 untuk kamar yang berisi tempat tidur dan kamar mandi, serta akses ke sejumlah fasilitas bersama seperti ruang kerja bersama, gym, spa, restoran, dan bioskop. Sedangkan New York memiliki hunian bersama bernama Common, yang diperuntukkan bagi warga kota yang “mencari cara yang nyaman, fleksibel dan terjangkau untuk menikmati hidup di komunitas perkotaan yang dinamis”. Di Norwegia terdapat konsep co-living What We Share yang mengklaim bahwa dengan ruang yang lebih sedikit dan berbagi peralatan seperti mesin cuci, mereka telah mengurangi jejak karbon dengan signifikan.

Banyaknya konsep hunian co-living yang dikembangkan di seluruh dunia membuktikan bahwa co-living tengah menjadi tren global yang diminati kaum millennial dan juga kalangan dari generasi lebih tua. Dengan menawarkan kehidupan yang lebih sederhana, lebih berkelanjutan dan lebih memiliki makna, para pengamat kota memprediksi hunian co-living akan terus berkembang dan bertambah banyak di masa depan.

Gambar diambil dari Piqsels

Pekerjaan di kantor yang suka bikin stres atau masalah keluarga yang terkadang bikin sakit kepala sering kali membuat seseorang tidak waras, atau bahasa kekiniannya ‘kena mental’. Punya teman yang humoris atau suka bercanda bisa menjadi hiburan karena biasanya kehadiran mereka saja sudah menyenangkan.

Tapi, bagaimana ya kalau kita ingin bicara serius sama mereka? Bagaimana caranya supaya mereka tahu kalau kita sedang tidak ingin diajak bercanda? Yuk, simak beberapa tips yang bisa kita lakukan agar sukses berbicara serius dengan mereka yang suka bercanda.

Dikutip dari Instagram post @santidjiwandonoinc_official, hal pertama yang bisa kita lakukan adalah jangan lupa untuk menyampaikan konteks “seberapa serius” sebuah perbincangan. Terlalu biasa ngobrol santai dengan tidak pakai intro dan penekanan tertentu terkadang membuat kita tidak sadar bahwa yang ingin disampaikan adalah hal yang serius. Kalau sudah begini, jangan harap lawan bicara kita akan menanggapinya dengan serius. Oleh karena itu, sebaiknya memberikan intro terlebih dahulu yang memberitahukan bahwa kita ingin berbicara serius.

Yang kedua adalah komunikasi selalu memerlukan kejelasan. Jangan lupa dan jangan ragu untuk menyampaikan maksud kita dengan jelas, termasuk rasa keberatan terhadap sikap lawan bicara yang berlebihan bercandanya. Sering kali kita merasa tidak enak atau enggan menegur mereka karena tidak mau membuat situasi menjadi tidak enak. Tapi, hal ini penting dilakukan agar hal serius yang ingin kita bicarakan bisa tersampaikan dengan baik. Lihat reaksi mereka setelahnya. Kabar baik sekali jika mereka bisa berubah, tapi misalnya tetap sama saja, kita bisa move on atau atur strategi/pendekatan baru.

Itulah beberapa tips agar berhasil berkomunikasi serius dengan si humoris. Semoga bermanfaat dan jangan ragu diterapkan, ya!

Sumber: https://www.instagram.com/p/CNcrTfqpzFv/

 

 

The image was taken from vectorstock.

In accordance with Depok Regional Regulation No. 03/2014 on No Cigarette Areas (KTR), Head of the Regional Regulation Enforcement Division of Depok City Satpol PP, Taufiqurakhman said officers had monitored 54 retailers, 45 located in the Sukmajaya District area, and found 15 cigarette sellers had violated the laws. He added that 9 retailers were subject to administrative fines of Rp. 50 million for selling cigarettes, openly advertising them and placing cigarette displays close to products for minors such as milk, disposable diapers, and foods. He explained that there are stages to enforcing the Regional Regulation on KTR. First, they will follow up reports received with a reprimand, then monitor them closely for the next 14 days, and finally, if there is no change, will impose a fine. 

 

Source: https://www.radardepok.com/2021/09/54-retail-se-depok-terjaring-operasi-ktr 

 Gambar diambil dari Jobslike.id

Menurut studi Brand Footprint 2021, tiga brand dari PT Sayap Mas Utama (Wings Group) berhasil masuk ke dalam peringkat 20 besar Merek Terpilih di Indonesia tahun 2020. Tiga brand tersebut adalah So Klin, Mie Sedaap, dan Ekonomi. Kepala Departemen Public Relations Wings Group Gabriella da Silva menjelaskan, kunci utama yang dipegang perusahaan untuk dapat terus berkembang di tengah situasi pandemi adalah dengan melakukan berbagai adaptasi dan inovasi, salah satunya  dengan merilis berbagai produk baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

 

Sumber: https://industri.kontan.co.id/news/adaptasi-jadi-kunci-utama-wings-group-tetap-berkembang-di-tengah-pandemi  

 

   This image was taken from Flickr

According to the Ministry of Finance’s Director General of Customs and Excise Askolani, OTP excise revenue has declined due to decreased production. In the first semester of 2021, OTP excise revenue was only Rp298 billion, down 28% year-on-year (yoy), while tobacco products excise increased 21% yoy, despite decreased production. To help the cigarette and OTP industry businesses survive, the government issued Minister of Finance Regulation No. 93/PMK.04/2021 allowing a postponement of payments for excise stamps to no later than 90 days after ordering.

 

Source: Kontan.co.id, 4 Aug, 2021:

https://insight.kontan.co.id/news/setoran-cukai-rokok-elektrik-semester-i-2021-turun-28

 

 

   This image was taken from Flickr

Following PT Nojorono Tobacco International’s (NTI) move, Korea Tomorrow and Global Corporation (KT&G) produce cigarettes under a number of brands, including Carnival and Esse, have decided to reduce their production. This year, these two are Tier 2 manufacturers, after previously being Tier 1.

Capital market analyst and Founder & CEO of Finvesol Consulting, Fendi Susiyanto said that the decline in production by Nojorono and KT&G was part of the company decisions to manage increasing costs and profit margins by selling products in line with the increase in average excise tariffs of 12.5 percent last February. According to Fendi, the wide difference in excise tariffs provides an option for cigarette manufacturers to be included in Tier 1 or below.

Policy Analyst at Ministry of Finance’s Fiscal Policy Agency, Wawan Juswanto, admitted that based on existing data, cigarette production in Tier 1 is tending to decline. On the other hand, Tier 2 and 3 cigarette production saw growth. As a result, the market share of Tier 1 cigarettes fell and the market share for Tier 2 and 3 cigarettes rose. “This shows a shift from expensive to cheap cigarettes,” concluded Wawan
.

Source: Bisnis.com, Apr 8, 2021:

https://ekonomi.bisnis.com/read/20210408/257/1378328/korea-tomorrow-global-corporation-turunkan-produksi-rokok

 

Gambar diambil dari Pinterest

Sebuah komunikasi yang baik tentu harus dibangun dengan penuh perhatian melalui berbagai media. Di zaman sekarang ini, persahabatan dan silaturahmi tidak hanya mengandalkan tatap muka saja, tapi juga melalui telepon, WhatsApp, Facebook, bahkan Instragram. Pada dasarnya, komunikasi di dalam perusahaan memiliki prinsip yang sama.

Majalah internal atau internal magazine merupakan salah satu saluran komunikasi perusahaan. Sebagai konsultan komunikasi, PT Alaksir Cipta Aksara memiliki cara-cara jitu untuk membantu klien mengembangkan majalah internal perusahaan yang berkualitas.

Memahami fungsi serta karakteristik majalah internal, Alaksir telah berhasil membantu klien mendapatkan penghargaan di ajang InMA Awards selama tujuh tahun berturut-turut. Bukan hanya kebanggaan, hal tersebut juga membantu meningkatkan kepercayaan para pembaca terhadap majalah itu sendiri.

Ingin tahu caranya? Simak tips berikut:

  1. Konten

Kebanyakan majalah internal perusahaan terjebak pada fokus penyampaian arahan dari manajemen. Hal tersebut membuat artikel atau kontennya menjadi terkesan top down.

Perlu diingat bahwa fungsi utama majalah internal perusahaan adalah menyampaikan informasi yang relevan dengan karyawan untuk membantu meningkatkan kinerja, tentunya dengan cara yang menghibur dan tidak kaku. Fungsi lain yang tidak kalah penting adalah sebagai wadah untuk memberikan apresiasi kepada para karyawan.

Itulah sebabnya artikel atau konten dalam majalah internal harus dikemas sedemikian rupa agar menjadi sebuah cerita yang menarik untuk dibaca.

  1. Gaya Bahasa

Majalah internal sebaiknya menggunakan bahasa yang fleksibel. Meski menggunakan tatanan bahasa formal, penggunaan jargon-jargon korporasi sebaiknya dihindari agar mudah untuk dipahami seluruh lapisan karyawan dan memberi kesan kasual.

Selain menjadikannya lebih personal, kesan kasual tersebut juga membuat majalah lebih asyik untuk dibaca, meskipun topik yang dibahas merupakan arahan dari manajemen.

  1. Desain & Layout

Penataan tulisan dan gambar dalam majalah internal adalah sesuatu yang terus mengikuti perkembangan zaman. Majalah juga perlu mengadopsi tren desain yang sedang booming. Contohnya, infografik.  

This image was taken from Wikimedia

Customs and Excise continue to play an active role in optimizing the use of tobacco product excise revenue sharing funds (DBHCHT) in several regions of Java. One of these efforts involves encouraging the establishment of Tobacco Products Industrial Zones (KIHT).

On Tuesday (23/2), Kudus Customs and Excise received a study visit from the East Java Provincial Government who wanted to witness first-hand the conditions at and management of the Kudus KIHT.

Head of the Department of Industry and Trade Office of East Java Province, Drajat Irawan is confident that East Java would be able to develop a KIHT to support and boost the tobacco products industry, as well as facilitate small tobacco products companies to produce cigarettes legally.

Head of the Central Java Customs and Excise Regional Office, Padmoyo Tri Wikanto, said that his team expects that usage of the 2021 DBHCHT budget would be in line with the prevailing regulations for each program. He hoped that the related law enforcement measures, which includes the eradication of illegal cigarettes, dissemination of information, and construction of the KIHT, would be implemented optimally.

Head of the Kudus Customs and Excise Office, Wicaksono, said that his team would be stationed at the Kudus KIHT to provide services and supervision.

Source: Jpnn.com, Mar 8, 2021:

https://www.jpnn.com/news/bea-cukai-dukung-pembentukan-kiht

                                                                                       

Gambar diambil dari Wikimedia

Perkembangan teknologi ponsel cerdas yang pesat di satu dekade pertama milenium ketiga mendorong lahirnya berbagai aplikasi untuk mendukung penggunaan ponsel cerdas itu sendiri. Instagram salah satunya. Diluncurkan pertama kali pada 6 Oktober 2010, Instagram (IG) kini menjadi salah satu aplikasi ponsel cerdas dengan pengguna aktif bulanan mencapai 1 miliar di seluruh dunia.

Dilansir dari Kompas.com, hingga akhir November 2019, pengguna aktif bulanan Instagram di Indonesia telah mencapai 61,6 juta. Di awal kemunculannya, Instagram mungkin hanya digunakan oleh penggunanya sebagai album digital dari foto-foto yang diambil dari ponsel cerdas mereka. Namun, kini penggunaan Instagram tidak hanya menjadi sarana media sosial untuk terhubung dengan orang yang kita ikuti dan orang-orang yang mengikuti kita. Dengan fitur yang semakin canggih, Instagram kini juga memungkinkan penggunanya untuk berbagi foto dan video dan mengumpulkan cuan dengan mempromosikan bisnisnya.

Tidak cukup dengan foto atau video yang menarik saja. Ada satu hal penting lain yang bisa meningkatkan engagement dari postingan di Instagram, yakni caption. Banyak dari kita yang masih suka bingung mau menulis caption apa untuk foto atau video yang ingin kita posting. Berikut beberapa tips menulis caption agar lebih menarik seperti yang dikutip dari postingan IG @narasi.ecosystem.

 

  • Singkat tapi paten

Tidak perlu menulis caption yang panjang, cukup yang singkat, padat dan jelas karena biasanya orang ingin langsung tahu apa yang dibicarakan.

  • Lebih mengajak

Keterlibatan audiens dalam sebuah postingan dapat meningkatkan engagement. Jadi, semakin banyak yang komen, semakin besar juga kemungkinan postingan kita masuk tab explore orang lain.

  • Mainkan ekspektasi atau emosional

Jika ingin membuat caption yang panjang, pastikan kita membuat plot twist di akhirnya. Karena dengan begitu, orang akan menikmati setiap caption yang kita buat.

  • Ciri khas

Caption yang menarik adalah yang memiliki ciri khas. Cukup menjadi diri kita sendiri dan tuangkan ide yang kita punya sebagai ciri khas kita.

Itulah beberapa tips untuk membuat caption agar lebih menarik yang bisa dicoba mulai sekarang. Jangan ragu dan percaya diri adalah kunci, tapi tetap perhatikan tutur kata yang santun, ya. Selamat mencoba!

Sumber: https://tekno.kompas.com/read/2019/12/23/14020057/sebanyak-inikah-jumlah-pengguna-instagram-di-indonesia

This image was taken from pixabay

The increasing number of buildings being built in big cities has caused several groups to question these buildings’ environmental and social impacts. The truth is that conventional buildings use a lot of energy, produce much waste, and emit greenhouse gases that negatively impact public health and the sustainability of the environment. Considering the negative impact of these buildings, beginning in the 1990s with the founding of the US Green Building Council in 1993, the rising trend within the international community is to turn to green construction. In essence, green construction is a building construction model that aims to eliminate or reduce the negative impact buildings have on the environment in the design phase, during construction, and when the building is fully operational.

Green construction involves using materials that do not damage the environment, construction processes that use leftover building materials, and construction methods that do not result in waste or emissions above the tolerance level threshold. In addition to employing design and building construction processes focusing on efficiency and mitigating the environmental impact, the purpose of green construction is to create green buildings that are cost-effective to operate. Several technologies used in green buildings include solar panels and wind energy sources, under floor radiant cooling systems to reduce air conditioning consumption and passive ventilation systems that supply air to and remove air from the building without using a mechanical system. These technologies make it possible to significantly reduce building operational and maintenance costs in the long term.

Based on a SmartMarket report in 2016, the number of green buildings worldwide continues to double every three years, and their popularity continues to increase. Thus, it has become clear green building not only reduces a building’s negative impact on the environment but also is more profitable. In the future, construction sector companies using the green construction concept to build green buildings will reap a double benefit by contributing to environmental sustainability and generating greater profits.

helllo